Madrasah Formal Pertama (1966 M – Sekarang)
Bermula dari berbagai institusi pendidikan Islam yang konvensioanal seperti; langgar, rumah kyai, masjid, pesantren hingga madrasah diniyah diatas, maka pada tahun 1966 M muncul sebuah ide kreatif dari Kyai Muhtar Fauzi (cucu Mbah Kyai Imam Fakih) bersama kawan-kawan perjuangannya untuk melakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam. Ide kreatif tersebut mendapat sambutan yang hangat dari para tokoh agama, tokoh masyarakat serta warga dusun Sekardangan. Dari ide tersebut, maka tepat pada tanggal 05 Januari 1966 bersama segenap ta’mir Masjid Baitul Makmur dan para tokoh masyarakat mendirikan madrasah formal yang diberi nama “Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda 01” dan “Taman Kanak-Kanak Al-Hidayah” di atas tanah wakaf dari Mbah Kyai Abbas Fakih (putra Mbah Kyai Imam Fakih). Kedua institusi formal ini didirikan pada tahun yang sama, yakni tahun 1966 M.
Dengan demikian, Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda 01 dan Taman Kanak-Kanak Al- Hidayah merupakan “Institusi Pendidikan Islam Formal Pertama dan Tertua” dalam sejarah Sekardangan. Kemudian berkaitan dengan hal ini, maka pencetus ide pertama dalam pendirian madrasah formal yakni Kyai Muhtar Fauzi ditunjuk oleh para tokoh dan para alim ulama’ untuk menjadi kepala madrasah tersebut. Berikut adalah kepala Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda 01 dari masa ke masa:
1. Kyai Muhtar Fauzi ( 1966 M – 1968 M)
2. KH. Muhammad Hamzah TMH (1968 M – 1975 M)
3. KH. Masjhudi, BA. (1975 M – 1994 M)
4. H. Mustadji, A.Ma. (1994 M – 1997 M)
5. H. Marjani, A.Ma. (1997 M – 2007 M)
6. Lina Zunnuroiin, S.Pd.I. (2007 M – Sekarang)
Adapun kepala Taman Kanak-Kanak Al- Hidayah dari masa ke masa antara lain:
1. Siti Djariah (1966 M – 1980 M)
2. Hj. Mastiyah Machrus, A.Ma. (1980 M – 1986 M)
3. Siti Windarwati, S.Pd. (1986 M – 2012 M)
4. Solikah, S.Pd. (2012 M – Sekarang)
Dari paparan sejarah singkat institusi pendidikan Islam non formal hingga terbentuknya institusi pendidikan Islam formal pertama (tertua) di dusun Sekardangan tersebut, mungkin ada kata-kata indah dari Maxim Gorky yang menyatakan “The People must know their history” yang menurut bahasa penulis sendiri dapat diartikan dengan “Warga madrasah mesti tahu sejarahnya”. Dalam arti luas, kata-kata Gorky itu dapat diartikan bahwa warga madrasah mulai kepala madrasah, para guru serta siswa-siswi hendaknya tahu akan sejarah madrasah yang setiap hari dilaluinya sebagai “tempat belajar dan mengajar” berbagai macam ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu umum. Dengan demikian, sebagai generasi penerus akan senantiasa berkaca pada para pendahulu serta semaksimal mungkin mampu melakukan inovasi-inovasi (pembaharuan-pembaharuan) dalam pendidikan Islam di Sekardangan sesuai perkembangan zaman yang semakin komplek. Sedangkan dalam bahasa Soekarno, kata-kata indah itu terangkum dalam dua kata singkat yaitu “Jas Merah” yang kepanjangannya adalah “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah!”. Mungkin berawal dari perkataan Bung Karno ini, akan menjadikan warga madrasah, baik kepala madrasah, dewan guru, pengurus maupun para siswa-siswi untuk tidak akan pernah melupakan sejarah perjuangan para pejuang pendidikan Islam di Sekardangan dari masa ke masa. Pejuang dari masa ke masa tersebut mulai dari pejuang pendidikan Islam yang berupa institusi Langgar, institusi Rumah Kyai, institusi Pesantren, institusi Masjid, hingga Institusi Madrasah Diniyah yang menjadi cikal bakal berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda 01 dan TK Al- Hidayah yang saat ini menjadi “tempat belajar dan mengajar” bersama. Dan yang terakhir kali, hal itu juga merupakan sejarah panjang berdirinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD Insan Kamil) yang didirikan oleh tokoh-tokoh Sekardangan pada abad 21 (sekarang ini) dengan kepala PAUD pertama yaitu, Indah Jumiyatin, S.Pd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar